Beranda | Artikel
Meluruskan NU Garis Lurus – bag 1 (Firanda mengkafirkan Abdul Qodir al-Jailani?)
Sabtu, 23 Januari 2016

Alhamdululiilah segala puji senantiasa kita panjatkan kepada Robbul ‘Aalamin, dan shlahawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Habibina Muhammad bin ‘Abdillah. Wa ba’du

Situs nugarislurus.com telah memuat berita berikut :

((Perlu diketahui Firanda Andirja adalah ulama “nyleneh” yang sudah mengkafirkan para Imam Aswaja antara lain Syaikh Abdul Qadir Al Jaelani dan Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki Al Hasani Makkah Al Mukarromah.(http://www.nugarislurus.com/2015/12/habib-thohir-pimpin-aswaja-tegal-gagalkan-acara-wahabi-firanda-andirja.html)

 
Komentar :

Tentu tidak ada seorangpun yang selamat dari kesalahan. Jika para ulama besar saja terjatuh dalam kesalahan maka apalagi saya. Kritikan yang membangun selalu saya harapkan, tentu jika kritikan tersebut benar, maka insya Allah saya akan selalu siap mengakui kesalahan dan berusaha memperbaiki. Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita semua.

Tentu yang diharapkan dari nugarislurus agar menyampaikan berita yang lurus dan mengkritik dengan kritikan yang benar. Adapun menuduh tanpa bukti maka “kelurusannya” sepertinya harus diluruskan lagi. Semoga Allah meluruskan kita semua.

Tuduhan bahwa saya mengkafirkan Syaikh Abdul Qodir al-Jaelany tentu merupakan kedustaan besar. Saya hanya berharap nugarislurus mendatangkan bukti saya mengkafirkan beliau rahimahullah !!

Justru sebaliknya saya telah berkata : “Abdul Qodir Jailani adalah seorang yang alim, tetapi banyak khurofat yang disebarkan tentang Abdul Qodir Jailani, padahal dia adalah seorang yang alim dari madzhab hambali, dan dia punya kitab al-Gunyah, kitab yang bagus” (silahkan dengar di https://youtu.be/5FdpDcrvRYg?t=4290 Pada menit 1:11:35 hingga 1:12:03)

Saya sedang memuji beliau, kok bisa malah saya dituduh mengkafirkan beliau? Bukankah dusta adalah dosa yang buruk, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

وإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الَفُجُوْرِ وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ

“Sesungguhnya dusta mengantarkan kepada kefajiran, dan kefajiran mengantarkan kepada neraka” (HR Al-Bukhari no 6094 dan Muslim no 2607)

Terlebih lagi dusta tersebut disebarkan di internet dan dibaca oleh banyak orang di dunia ini. Tidakkah kita takut dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي قَالَا الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ يَكْذِبُ بِالْكَذْبَةِ تُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الْآفَاقَ فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Semalam aku melihat dua orang mendatangiku (yaitu dua malaikat yang menjelma menjadi dua lelaki), mereka berdua berkata : “Orang yang engkau lihat dirobek sisi mulutnya hingga pipinya adalah seorang pendusta yang berdusta dengan satu dusta, lantas dusta tersebut disebarkan hingga mencapai penjuru ufuq, maka dia disiksa demikian hingga hari kiamat” (HR Al-Bukhari no 6096 dari sahabat Samuroh bin Jundub radhiallahu ‘anhu)

Dalam riwayat yang lain Nabi bersabda:

فَإِذَا رَجُلٌ جَالِسٌ وَرَجُلٌ قَائِمٌ بِيَدِهِ كَلُّوبٌ مِنْ حَدِيدٍ … أنَّهُ يُدْخِلُ ذَلِكَ الْكَلُّوبَ فِي شِدْقِهِ حَتَّى يَبْلُغَ قَفَاهُ ثُمَّ يَفْعَلُ بِشِدْقِهِ الْآخَرِ مِثْلَ ذَلِكَ وَيَلْتَئِمُ شِدْقُهُ هَذَا فَيَعُودُ فَيَصْنَعُ مِثْلَهُ

“Tiba-tiba ada seorang lelaki yang duduk, dan seorang lelaki yang berdiri sementara di tangannya ada besi tajam (yang biasanya digunakan untuk memotong daging-pen) … besi tajam tersebut di masukan ke pinggir mulut lelaki yang duduk hingga dirobek sampai ke lehernya, setelah itu dilakukan lagi pada sisi mulut yang satunya, lalu sisi mulutnya kembali lagi lalu dirobek lagi” (HR Al-Bukhari no 1386)

Dalam ceramah saya, saya sedang mengkritik orang-orang yang berlebihan terhadap Asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani hingga mengangkat derajatnya lebih daripada yang seharusnya. Diantaranya meyakini bahwa Asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani telah diberi “Kun” oleh Allah, sehingga kalau beliau berkata “Kun” (Jadi) “Fayakuun” (Maka Jadilah). Tentu ini merupakan kesyirikan. Seakan-akan Asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani telah diberi hak oleh Allah untuk menciptakan dan mengatur alam semesta.

Berkata Ali Al-Faasi, penulis kitab Jawaahirul Ma’aani fi Faydi Sayyidi Abil ‘Abaas At-Tiijaani, menukil perkataan At-Tijani :

“Adapun perkataan penanya : Apa makna perkataan Syaikh Abdul Qodir Al-Jailaani radhiallahu ‘anhu : “Dan perintahku dengan perintah Allah, jika aku berkata kun (jadi) maka  (yakun) terjadilah” …dan juga perkataan sebagian mereka : “Wahai angin tenanglah terhadap mereka dengan izinku” dan perkataan-perkataan para pembesar yang lain radhiallahu ‘anhum, yang semisal ini maka perkataan (Abdul Qodir al-Jailany) radhiallahu ‘anhu. Maknanya adalah Allah memberikan kepada mereka Khilaafah Al-‘Udzma (kerajaan besar) dan Allah menjadikan mereka khalifah atas kerajaan Allah dengan penyerahan kekuasaan secara umum, agar mereka bisa melakukan di kerajaan Allah apa saja yang mereka kehendaki. Dan Allah memberikan mereka kuasa kalimat “kun”, kapan saja mereka berkata kepada sesuatu “kun” (jadilah) maka terjadilah tatkala itu” (Jawaahirul Ma’aani wa Buluug Al-Amaani 2/62, silahkan baca kembali tulisan kami di

https://firanda.com/index.php/artikel/30-sekte-sesat/263-aswaja-sufi-meniru-niru-syiah-ataukah-sebaliknya)

Tidak ada yang ragu bahwa hal ini merupakan kesyirikan. Yang memiliki kun fayakuun hanyala Allah ta’ala.

Allah berfirman :

إ إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia (QS Yasin : 82)

إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ أَنْ نَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “kun (jadilah)”, maka jadilah ia (QS An-Nahl : 40)

بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” Lalu jadilah ia (QS Al-Baqoroh : 117)

قَالَ كَذَلِكِ اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia (QS Ali Imron : 47)

 

Bagaimana para wali diantaranya Asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani melakukan apa saja yang dia kehendaki dengan kekuasaan yang umum di alam semesta??!

Sementara para Nabi ‘alaihimus salaam tidak mendapatkan demikian??.

Lihatlah Nabi Yunus tatkala ditelan oleh Ikan Paus, iapun berdoa kepada Allah untuk diselamatkan. Ia tidak mampu untuk berkata Kun Fayakun. Seandainya ia memiliki kun fayakun tentu dengan mudahnya ia akan mengatur ikan paus tersebut, sementara alam saja bisa ia atur.

Lihatlah Nabi Ayub yang sakit begitu lama. Kalau ia memiliki kun fayakun maka dengan mudah ia akan berkata, “Sembuh” maka sembuhlah ia.

Lihatlah Nabi Ya’qub ‘alaihis salam yang terus bersedih tatkala kehilangan putranya Yusuf ‘alaihis salam. Kalau ia punya kun fayakun maka dengan mudah ia akan berkata, “Kembalilah kepadaku wahai Yusuf” maka akan kembali Yusuf kepadanya. Sementara ia sendiri tidak tahu bagaimana kondisi putranya Yusuf, dan tidak tahu bahwa putranya tersebut telah menjadi seorang menteri di negeri Mesir.

Lihatlah Zakariya yang sekian puluh tahun menikah tidak punya anak. Kalau ia punya kun fayakun tentu dengan mudah ia akan berkata, “Lahirlah”, atau “Mengandunglah wahai istriku”. Akan tetapi ia tidak mampu, karenanya iapun berdoa kepada Allah.

Lihatlah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Nabi yang termulia, tatkala perang Uhud beliau terluka, hingga wajah beliau berlumuran darah, dan gigi beliau patah. Kalau beliau memiliki kun fayakun maka beliau tidak akan membiarkan pamannya Hamzah yang sangat beliau cintai meninggal dalam perang Uhud, demikian juga 70 para sahabat yang lain. Kalau beliau memiliki Kun Fayakun tentu dengan mudah beliau akan berkata, “Hancurlah kalian wahai kaum musyrikin” maka hancurlah mereka. Bahkan tatkala Nabi mendoakan kecelakaan bagi sebagian orang musyrik maka Allah tegur dengan firmanNya :

لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ

“Tidak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu” (Qs Ali Imron 128)

Bahkan masih terlalu banyak orang-orang yang lebih mulia daripada Asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, seperti Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Al-Khottob, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Tholib,  radhiallahu ‘anhum dan lain-lain, akan tetapi mereka sama sekali tidak memiliki kun fayakun.

          Kita wajib mencintai wali-wali Allah, akan tetapi kita tidak boleh berlebih-lebihan kepada mereka yang akibatnya bisa mengantarkan kepada kesyirikan !!

At-Tijani berkata :

“Dan perkataannya : “Kalau seandainya diungkap (dibuka) hakikat wali maka ia akan disembah, karena sifat-sifat wali dari sifat-sifat Ilahnya, karena wali telah terlepas dari seluruh sifat-sifat manusia sebagaimana terlepasnya kambing dari kulitnya. Dan Wali telah memakai pakaian akhlak ketuhanan, kalau seandainya hakikat wali ini diungkap pada hamba maka hamba tersebut akan menyembah sang wali” (Jawahir Al-Ma’aani 2/62)

Sungguh ini adalah sikap berlebih-lebihan kepada para wali. Untuk lebih mendalam tentang sikap berlebih-lebihan kepada para wali silahkan baca kitab :

تَقْدِيْسُ الأَشْخَاصِ فِي الْفِكْرِ الصُّوْفِي  (Pensucian/pengkultusan tokoh-tokoh dalam pemikiran sufiah)

Link jilid 1:

http://ia601406.us.archive.org/33/items/kkkkkk111111_352/takdes01.pdf

Link jilid 2 :

http://ia801406.us.archive.org/33/items/kkkkkk111111_352/takdes02.pdf

Muqoddimahnya :

http://ia801406.us.archive.org/33/items/kkkkkk111111_352/takdesm.pdf

Madinah, 13-04-1437 H / 23-01-2016 M
Abu Abdil Muhsin Firanda
www.firanda.com

Logo

Artikel asli: https://firanda.com/1568-meluruskan-nu-garis-lurus-bag-1-firanda-mengkafirkan-abdul-qodir-al-jailani.html